seperih luka, bilal

Assalamualaikum.

Kembali menulis entri disini.

Semoga mereka semua teman temanku dan termasuk yang membaca selalu dalam perlindungan-Nya.

.....

29 maret 2016.

Perempuan itu terlamun.

Dihadapannya kini, bersandar sebuah foto yang selalu di impikannya.

Tentang "masa depan" dan "takdir"

Juga "harapan" dan "kemauan"

Dihelanya nafas itu. Lalu di singkirkannya rasa menyakitkan itu.

Kemudian terlamun 'lagi'.

Tak ada semangat untuk menatap. Terjadi banyak perubahan drastis.

Antara dirinya atau mereka?

Dua-duanya.

Sama saja.

Wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali.

"Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara"

Perihal apa dan mengapa

Karena satu kesalahan seolah menghapus sejuta kebaikan.

Aku atau kamu?

Salahkan hati ini.

Karena untuk menguasainya, jiwa ini tak mampu.

Mujahadah an nafs

Sungguh berat sekali.

Ego yang melangit tak bisa di jinakkan. Perasaan ini tidak bisa di buang. Selalu membangkang.

Jadi salahkan saja jiwa ini.

Yang tak becus untuk mengendalikan dirinya sendiri.

Semua seolah hilang dan menjadi asing.

Mungkin saja ukhuwah ini telah lemah... atau mengilang.

Mungkin saja iman ini yang sedang rombeng.... bukan milikmu...

Mungkin karena perlakuanku yang terlalu, sehingga membuat ukhuwah kita menjadi renggang...

Kesalahannya bukan di kamu. Tapi aku...

...

Lalu perempuan itu mengusap air matanya, dan menutup bukunya.

Kali ini dia menjadi hamba Allah yang menyendiri..

Mungkin ini saatnya untuk memperbaiki diri

Menambal iman yang rombeng, mengisi amal yang kian menyurut.

Lalu berkaca kembali sudah sejauh mana dan koreksi kesalahan diri..

"Mungkin ini karena lisanku" lirihnya tak tertahankan..

"Mungkin ini karena lisanku yang tak bisa ditahan sehingga menyakiti hatinya."

"Atau ini karena perbuatanku yang tak baik sehingga dia menjadi terluka.." hatinya kini kembali perih.

Segala rasa berkecamuk di hatinya. Perasaan tak mengenakan yang tak bisa ia singkirkan. Yang membuat jiwanya lelah batinnya lemah. Yang tak mampu ia hindari.. sehingga ia hanyut dan larut di dalamnya.

'Inilah aku, manusia lemah yang tak mampu menghadapi... semuanya' batinya berkata tertahan.

'Dan mungkin... neraka jahannam-lah tempatku berpulang'

......


Dalam dekapan ukhuwah aku menyadari, bahwa tak selamanya dua insan saling berbagi. Tak selamanya dua insan selalu mengisi. Salah satu diantara mereka pasti akan sakit. Dan yang lain akan mengobati.
Dalam dekapan ukhuwah aku mengerti. Perasaan, imanmu yang membumbung tinggi akan merosot jatuh jika ikhwan sejawatmu tak lagi mengingatkanmu. Saat diri sibuk dengan urusan masing-masing, terkadang iman kita menjadi melemah. Hancur. Menjadi kosong. Sesuatu, seperti ada yang mengganjal.
Dalam dekapan ukhuwah aku belajar untuk mengerti dan memahami.
Bahwa kita, manusia yang pelupa ini, perlu seseorang, untuk kita bawa, menggapai lezatnya cinta.

Lalu dengan rindu ini, kita kembali kedalam dekapan ukhuwah.
Mengambil cinta dari langit dan menebarkannya ke bumi.
Dengan persaudaraan suci; sebening prasangka, selembut nurani, sehangat
Semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.

....

"Takkan ku lepas fulanah ini. Akan ku buat dia mengerti."

Dalam dekapan ukhuwah kita menasehati dengan cinta.

Karena penerus umat Muhammad, adalah kita.

.....

Kini perempuan itu bangkit dari kursinya. Lalu melangkah keluar.

'Kerinduanku padamu, tak bisa dilukiskan dengan kata-kata'





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pilihan yang akan merubah hidup(ku)

(mencoba) membersamakanmu dengan nya.

remember my sweet moments